Hadis keterangan dari Siti Aisyah R.A. Diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam kitab Hadist Ausath
Dinukil oleh imam Jalaludin Sayuthi di dalam Jaami’ush Shodhir jilid II bab HURUF SYIN halaman 61, Artinya : “Bersabda
Rosululloh SAW, “Dermawan itu dekat dari Alloh, dekat dari manusia,
dekat dari syurga dan jauh dari neraka. Dan kikir itu jauh dari Alloh,
jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dari neraka. Orang bodoh
yang dermawan lebih disukai Alloh daripada orang ahli ibadah yang kikir”
Hadis ini menerangkan As Sakhiyyu (sifat dermawan), yakni :
- Sifat dermawan itu bukan benda,
- Sifat dermawan itu bukan ucapan
- Sifat dermawan itu bukan materi
- Melainkan sifat dermawan itu sifat hati yang terpuji
Sifat dermawan mempunyai dua kekuatan, yakni :
- kekuatan mendekatkan, mendekatkan diri manusia kepada Alloh,
mendekatkan diri manusia kepada sesama manusia, mendekatkan diri manusia
kepada syurga
- dan kekuatan menjauhkan, menjauhkan diri manusia dari api neraka
Begitu pula sifat bakhil.
- Sifat bakhil itu bukan benda,
- Sifat bakhil itu bukan ucapan
- Sifat bakhil itu bukan materi
- Melainkan sifat bakhil itu adalah itu sifat hati yang tercela, sifat pelit bin medit bin kikir
Sifat bakhil mempunyai dua kekuatan pula, yakni :
- kekuatan menjauhkan, menjauhkan diri manusia kepada Alloh,
menjauhkan diri manusia kepada sesama manusia, menjauhkan diri manusia
kepada syurga
- dan kekuatan mendekatkan, mendekatkan diri manusia dengan api neraka
Manusia merdeka untuk memilih di antara dua pilihan ini, apakah memilih dermawan ataukah memilih bakhil.
“Barangsiapa yang hendak beriman hendaklah beriman dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir” QS Al Kahfi 29
Hubbul Ma’al alias Cinta Uang
Hubbul maal bisa diartikan sebagai cinta
kepada harta. Acapkali kecintaan manusia terhadap harta ini melebihi
cintanya kepada yang lain, dirinya sendiri, bahkan kepada orang
terdekatnya yaitu kedua orang tua. Al Quran telah menjelaskan fenomena
ini, sebagaimana firmanNya,
“Dan kau mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al Fajr 20).
Banyak kejadian yang lazimnya terjadi
karena harta. Sebut misalnya, perkelahian antara saudara dalam
memperebutkan hak waris, antara rekan bisnis, bahkan seorang anak berani
membunuh orang tuanya demi alasan ini. Kecintaan manusia yang lazimnya
tidak terjadi karena harta dapat menjadikannya seorang yang bakhil
(kikir), Allah SWT berfirman dalam ayat suci Alquran,
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya pada harta,” (QS Al ‘Adiyat 8).
Sebagian ahli tafsir menjelaskan
menjelaskan ayat ini, bahwasanya sebab manusia itu menjadi bakhil karena
sangat kuat cintanya pada harta. Harta adalah perhiasaan bagi dunia.
Dalam Al Quran dikatakan,
“Harta dan anak – anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (QS Alkahfi 46).
Islam memberikan beberapa penawar untuk menghilangkan dampak negative hubbul maal, yaitu dengan menafkahkannya di jalan Allah,
“Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian
dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS Al Baqarah 267).
Ayat ini selain menganjurkan bersedekah,
juga mengisyaratkan harta yang kita miliki saat ini di bumi hanyalah
titipanNya. Dalam potongan ayat yang lain, Allah SWT mengingatkan,
“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali Imran 185).
Berderma, selain membersihkan harta kita
dari yang bukan hak kita, juga membersihkan hati kita dari cinta
berlebihan terhadap harta.
Banyak orang berprasangka dengan
bersedekah hartanya akan berkurang dan ia akan jatuh miskin. Padahal,
bila keyakinan itu tertanam dalam sanubari, sesungguhnya kita sedang
memainkan skenario setan.
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” (QS Al Baqarah 268).
Bahayanya Hubbul Ma’al
Bagaimana Qorun zaman Nabi Musa AS,
disuruh Shodaqoh tidak mau karena cinta kepada uang atau dinar. Akhirnya
Qorun tenggelam diapit bumi. Sebagaimana tersebut dalam QS At-Taubat
34,
“Wahai orang yang beriman sesungguhnya banyak orang dari orang alim
Yahudi dan orang alim Nashroni, semuanya itu memakan harta benda manusia
dengan secara bathal”
Mestinya AHBAARU RUHBAANI itu tidak
sampai tergiur dunia, tidak sampai tergiur uang , tapi ternyata di sini
orang-orang ‘Alim Yahudi, Nashroni terkecoh oleh AL AMWAL (harta),
terkecoh uang. Ini betul Imam Ghozali, bahwa banyak orang yang sampai
menyembah uang, sampai jadi pepatah Musyrik populer, hingga kadang
orang yang mengatakan demikian itu menjadi ikut Musyrik, tapi tidak
terasa. Contohnya mereka mengatakan “Uang kuasa Bung!” Jadi yang kuasa
itu uang, bukan Gusti Alloh. Hal yang demikian itu kan konyol.
Hati manusia tidak mampu ditaklukkan dengan uang
Dikira uang kuasa, jangankan uang
sedikit, harta benda di seluruh dunia ini tidak mampu untuk menaklukkan
hati manusia. Alloh Ta’ala berfirman dalam Al Qur-an surat Al Anfal ayat
63,
“Seandainya kamu (Muhammad) menginfaqkan segala yang ada di bumi, tidak bisa kamu menuntut menundukkan hati mereka”
Hati tidak bisa ditundukkan dengan uang, katanya uang kuasa.
Coba lihat kalau orang dihormati karena
uangnya, memang orang kaya itu dihormati, tapi itu penghormatan yang
imitasi, yang dihormati bukan orangnya, tapi uangnya. Makanya kemudian
timbul, kalau uangnya habis, orangnya sudah tidak dihormati dan berkeluh
kesah, menyesal, yang akhirnya keluar ucapan :
Aku beruang, aku disayang, uang punah aku dihina
Waktu aku ada duwit dijiwit, uang puret aku dijiret
Aku jutawan tempat pujaan, uang surut aku dihanyut
Uang menggunung aku disanjung, tinggal puntung aku dipenthung.
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang
Itu keluh kesahnya orang menilai sesuatu pada uang. Ini coba diangan-angan, salahnya sendiri.
Kadang-kadang sampai marah, “Tidak melihatkah matanya, dulu saya biayai !
Ini semua karena uang. Ini supaya diangan-angan, banyak mana yang celaka karena harta dengan yang celaka karena Arca.
Mengapa uang itu dicintai, padahal tidak
cinta bentuknya, tidak cinta baunya, tidak cinta barunya, tidak cinta
mutunya, tidak cinta rasanya, tidak cinta suaranya?. Ini namanya cinta
di luar tingkat panca indra, yaitu namanya CINTA WASHILAH.
Imam Ghozali mengatakan ;
“HIBBATUN WAASHILATUN LIDAWAABIL WUJUUD”
Artinya:
“Cinta washilah, cinta perantara”
Karena uang itu bisa dijadikan
perantara. Ingin mempunyai gula, uang itu bisa dibuat membeli gula.
Ingin punya pakaian, uang bisa dijadikan perantara untuk mendapatkan
pakaian. Selama uang itu masih bisa dijadikan perantara (washilah), maka
selama itu uang masih dicintai. Meskipun uang itu baru, tapi kalau
sudah tidak laku, tidak bisa dijadikan washilah untuk mencapai sesuatu,
maka sudah tentu tidak dicintai. Jadi cinta uang itu bukan cinta rasa,
bukan cinta bau, bukan cinta mutu, bukan cinta rupa, bukan cinta suara,
akan tetapi ini cinta diluar panca indra.
Cinta uang itu lebih kuat daripada cinta tingkat panca indra.
Coba kita lihat, banyak orang yang jatuh
karena uang, banyak hakim menyeleweng karena uang, banyak atasan yang
jatuh karena uang, mestinya lulus tidak diluluskan, yang tidak lulus
diluluskan. Sampai ada sebagaian ulama’ yang bisa dibeli dengan uang,
seperti hukum Islam yang harom dijadikan halal hanya karena uang, yaitu
disuruh menghalalkan yang harom dan mengharomkan yang halal. Padahal
semua itu larangan dari Alloh dan akhirnya akan dilaknat oleh Alloh SWT.
Sebagaimana hadist – hadist Nabi yang berbunyi,
“Bersabda Rosululloh SAW ” Laknatnya Alloh atas orang yang menyuap dan yang disuap” (‘An Ibnu Umar , rowahu Ahmad wa Abi Dawuud wat Tirmiidzi wa Ibnu Maajah / Jami’us Shoghir / bab huruf laam /hal.123).
“Laknatnya Alloh atas orang yang menyuap dan yang disuap di dalam hukum” (‘An Abi Huroiroh , rowahu Ahmad wat Tirmiidzi wal Hakim / Jamius Shoghir / bab huruf lam / hl. 262)
Dalam hadist ini diterangkan bahwa hakim
yang menyelewengkan hukum adalah terkena laknat Alloh. Orang yang
menyuap hakim, maupun hakim yang disuap oleh orang tersebut,
kedua-duanya adalah terkena laknat Alloh.
Atas besarnya bahaya bagi orang yang
cinta kepada uang, maka nabi Ibrohim sampai berdoa kepada Alloh.
Sebagaimana tersebut dalam surat Ibrohim ayat 35,
“Dan ingatlah ketika berdoa Ibrohim,
“Ya Tuhanku, jadikan negr kamii ini negri yang aman, dan jauhkanlah
saya dan anak-anak saya (keturunan saya) dari menyembah berhala“
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Nabi Ibrohim as berdoa:
1. Nabi Ibrohim as minta kepada Alloh SWT supaya negrinya dijadikan negri yang aman.
2. Nabi Ibrohim as minta kepada Alloh SWT supaya dirinya dan anak
cucunya dijauhkan dari menyembah berhala (Berhala bahasa arabnya
ASHNAAM).
Menurut ahli dhohir, setiap ASHNAAM itu
dimaknai berhala batu / arca. Tapi yang dimaksud disini bukan berhala
arca, bukan berhala batu yang diukir-ukir itu. Dan menurut Imam Ghozali
yang dimaksud ASHNAAM ini adalah Uang atau dinar ini diperkuat oleh
pernyataan Rosululloh,
“Bersabda Rosululloh SAW, dilaknat orang yang menyembah Dinar, dilaknat orang yang menyembah Dirham” (‘An Abi Huroiroh)
Jadi berhala yang dimaksud adalah uang,
bukan berhala arca. Orang – orang yang menjadikan uang di atas segala –
galanya sampai hilang kemanusiaannya.
Anjuran Memberi
Dalam Al-Quran surat Al-Hadid 7 “Berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasulnya dan infakkanlah (dijalan Allah) sebagian
dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah).
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya
di jalan Allah) memperoleh pahala besar”.
Sikap memberi baru akan muncul ketika
rasa cinta ada. Nilai cinta inilah yang kemudian membuat orang berbuat
untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bak kasih sayang seorang
ibu kepada anak, ibu yang memberikan jiwa raga untuk anaknya, semua
dikorbankan demi anaknya. Pada hakikatnya ketika seseorang berbuat baik
kepada makhluk Alloh yang lain, dia telah berbuat baik kepada dirinya
sendiri.
Ada lebih dari sepuluh ayat yang
memerintahkan kita untuk bershodaqoh. Seperti surat Al baqoroh ayat 196,
yang menerangkan shodaqoh itu bisa sebagai ganti rukun ibadah haji
yaitu hulul atau mencukur rambut. Bahkan di dalam surat At taubat ayat
60, salah satu rukun Islam yaitu zakat dalam Al qur’an di sebut dengan
kalimat shodaqoh. Di ayat lain juga di sebutkan janganlah kamu takut
miskin karena bershodaqoh. Justru terhadap orang yang shodaqoh itu Alloh
akan melipat gandakan rezekinya. Apalagi di dalam Al Qur’an surat Al
Maun disebutkan bahwa : orang yang tidak mau menyantuni anak yatim dan
fakir miskin di cap Alloh sebagai Yukadzibu biddin atau pembohong agama.
Yang tidak di perbolehkan apabila kita memberikan shodaqoh orang dengan
tidak ikhlas, dengan perasaan riya’ atau ingin di puji orang dan
memberikan shodaqoh dengan cara menyakiti perasaan orang yang di beri
shodaqoh.
Demikian pula dalam hadist-hadist
Rosululloh selalu menganjurkan kepada kita untuk selalu bershodaqoh.
Bahkan di dalam satu hadistnya di sebutkan beliau bahwa, shodaqoh itu
sesuatu yang ajaib. Kata-kata tersebut sampai di ulang sampai 3 kali.
Demikian yang di sebutkan dalam kitab Tanbighul Ghofilin.
Keajaiban shodaqoh ini di sebutkan dalam
hadist-hadist yang lain, bahwa diantaranya adalah : shodaqoh itu bisa
untuk obat bagi orang sakit, bisa menambah umur, bisa untuk
menghilangkan kesombongan (seperti sifat iblis) : bisa untuk mendekatkan
diri kepada sesama manusia, mendekatkan diri kepada Alloh, dekat kepada
saya (Nabi Muhammad) dan menjauhkan kita dari api neraka.
Bahkan kata hadist yang lain, “orang
bodoh yang dermawan itu lebih baik dan lebih di cintai oleh Alloh
daripada orang yang ahli ibadah tetapi bakhil atau kikir”
Ada satu kisah yang di alami oleh
seorang ahli tasawuf besar dari kota Bagdad yang namanya Syeh Junaid
al-Bagdadi. Beliau bercerita, “Suatu ketika, ada seorang pengemis
berdiri di depan rumahku. Saya heran, mengapa ia menjadi pengemis
padahal fisiknya cukup kuat dan sehat untuk bekerja mencari rizki.
Menurut pandanganku ia tidak pantas menjadi pengemis. Pada malam harinya
aku bermimpi melihat suatu hidangan yang tertutup dan aku disuruh makan
hidangan tersebut. Ketika aku buka tutup hidangan itu, aku melihat
mayat yang terbujur.
Kemudian aku berkata, ya Alloh, mengapa
aku di suruh makan mayat ini? Kemudian terdengar suara, “Kenapa kamu
tadi siang makan mayat?” Aku paham kata sindiran tersebut. Dan segara
aku mohon ampun kepada Alloh dan segera mencari pengemis yang siang tadi
aku tolak. Ketika bertemu, pengemis tadi berkata, “Alloh menerima
taubat orang yang mau taubat, maka dari itu janganlah menyangka yang
bukan-bukan kepada orang lain”
Dari kisah Syeh Junaid Al-Bagdadi
tersebut, maka janganlah kita itu menolak terhadap pengemis, janganlah
menyangka yang bukan-bukan, jangan menghina dan menghardik mereka,
menyakiti perasaan mereka. Kalau kita tidak punya uang, berikanlah
dengan kata-kata yang baik. karena dalam surat Dhuha ayat 10 disebutkan,
Wa ammaassaa ila falaa tanhar. (Dan terhadap orang yang minta-minta,
janganlah kamu menghardiknya).
—-
Kebanggaan menerima sesuatu, adalah hal
biasa, hal yang otomatis. Kebanggaan karena bisa memberikan sesuatu,
adalah hal yang terpuji….
Tidak cukup menjadi orang baik, kalau
tidak memberi kebaikan pada sekelilingnya. Jangan mengukur kemurahan
Allah, dengan pemberian dan keyakinan kita bahwa Allah akan memberikan
kembali apa yang hilang dari kita. Pemenuhan keinginan yang menghasilkan
kepuasan di dunia, kurang tepat apabila di sebut surga dunia. Yang
tepat adalah surga bagi hawa nafsu.
Kita sering lupa, kalau kita memiliki
banyak hal. Kita lupa kalau kita bisa memberi. Kita merasa tak memiliki
apapun, dan hanya terpacak pada bendawi yang kita miliki. Padahal kita
bisa memberi senyum pada sesama, kita bisa memberi jalan kendaraan yang
lewat, kita bisa memberi pemikiran kita, untuk koperasi di kampung, kita
bisa memberikan tenaga untuk membangun rumah layak huni bagi yang
membutuhkan.
Kita bisa memberi kesabaran kita pada
orang yang memotong jalan. Atau memberi tempat duduk di bis pada orang
hamil. Banyak hal yang bisa kita beri pada sesama. Ah, kita sesungguhnya
memiliki